Beberapa Pendekatan Praktis dalam Analisis Investasi
Dalam menganalisis suatu
proyek ada dua faktor penting yaitu penaksiran arus kas dan penentuan tingkat
bunga. Apabila kita memasukan unsur risiko ke dalam tingkat bunga bukan berarti
kita tidak perlu memperhatikan arus kas yang diharapkan. Untuk menaksir arus
kas yang diharapkan perlu memperhatikan variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi arus kas yang diharapkan. Modul ini akan membicarakan
metode-metode analisis proyek dengan memperhatikan faktor-faktor penyebab
ketidakpastian arus kas. Metode tersebut adalah analisis kepekaan, analisis
pulang pokok dan analisis pohon keputusan.
Analisis Sensitivitas
Arus kas masuk bersih
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu (1) unit yang terjual, (2) harga jual
per unit, (3) biaya tetap, (4) biaya variabel. Apabila salah satu faktor
tersebut berubah maka arus kas yang diharapkan akan berubah. Analisis
sensitivitas menganalisis apa yang terjadi pada NPV bila salah satu variabel
berubah.
Misalkan PT WISTAWAN
merencanakan investasi, yang ditaksir memerlukan dana Rp 5.000.000.000 (5
Milyar), usia ekonomis 5 tahun. Metode
penyusutan yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus tanpa niali sisa
sehingga beban penyusutan adalah Rp 1.000.000.000
setiap tahun. Taksiran penjualan pertahun adalah 1.000 unit dengan harga jual
Rp 5.000.000 per unit. Taksiran biaya variabel per unit Rp 2.000.000 dan biaya
tetap (tidak termasuk penyusutan) Rp 1.000.000.000 per tahun. Taksiran unit
yang terjual, harga jual, biaya variabel dan biaya tetap diasumsikan tidak
berubah setiap tahun. Pajak yang ditanggung 35 %, dan tingkat keuntungan yang
dianggap layak adalah 18%.Dengan demikian taksiran kas masuk bersih per tahun
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Perhitungan kas masuk Bersih
|
|
Penghasilan penjualan Rp
5.000.000.000
Biaya-biaya :
Variabel Rp
2.000.000.000
Tetap Rp
1.000.000.000
Penyusutan Rp
1.000.000.000
Rp
4.000.000.000
Laba sebelum pajak Rp
1.000.000.000
Pajak (35%) Rp 350.000.000
Laba setelah pajak Rp 650.000.000
Kas masuk bersih Rp 1.000.000.000+ Rp 650.000.000 = Rp
1.650.000.000
|
|
NPV investasi tersebut
adalah :
NPV = -5.000.000.000 + (1.650.000 x 3,127)
= + Rp 160.000.000
Misalkan terjadi peningkatan
biaya variabel sebesar 10 % maka biaya variabel akan menjadi Rp 2.200.000.000,
apabila variabel lain tidak berubah maka kas masuk bersih akan menjadi Rp 1.520.000.000 dengan demikian NPV = -Rp
247.000.000
Seandainya harga jual turun
10 % dan variabel-variabel lainnya tidak berubah maka kas masuk bersih akan
menjadi Rp 1.325.000.000 per tahun dan NPV= -Rp 856.000.000. Sehingga nampak
bahwa variabel harga jual lebih sensitif terhadap profitabilitas investasi.
Ini berarti perusahaan perlu
menganalisis lebih seksama tentang prospek harga jual. Apakah di masa yang akan
datang perubahan harga akan cukup besar? Jika ya apakah harga akan turun atau
naik? Informasi tambahan perlu dicari untuk meminimumkan risiko. Analisis sensitivitas
tetap menggunakan tingkat bunga yang telah disesuaikan dengan risiko dalam
menaksir NPV investasi dengan tujuan tetap mengunakan expected cash flow
dalam analisis. Analisis sensitivitas tidak bermaksud untuk menaksir
probabilitas NPV mencapai nol atau
negatif
Kadang-kadang analisis
sensitivitas dilakukan dengan membuat tiga taksiran untuk masing-masing
variabel. Jika variabel yang kita analisis adalah penjualan, biaya variabel dan
biaya tetap yang bersifat tunai maka variabel tersebut akan ditaksir untuk
nilai optimis, diharapkan dan pesimis. Jika peluang optimis dan pesimis
masing-masing adalah 5 % maka nilai yang
diharapkan mempunyai peluang sebesar 90 %. Jika kita mampu mendefinisikan
taksiran optimis, yang diharapkan dan pesimis maka kita dapat menggunakan
simulasi monte carlo dan tingkat bunga yang digunakan akan berubah menjadi
tingkat keuntungan bebas risiko
Proyek di bawah berbagai skenario
Apabila variabel yang
digunakan menaksir arus kas saling berkaitan (misalnya penurunan harga jual
akan mempengaruhi unit yang diharapkan terjual) maka lebih baik dilakukan
analisis proyek dengan berbagai skenario.
Misalnya, para analis
berpendapat pertumbuhan ekonomi dapat mencapai angka yang lebih tinggi tetapi
akan diikuti dengan kenaikan harga minyak. Padahal proyek yang kita analisis
merupakan investasi yang kemungkinan cukup peka terhadap pertumbuhan ekonomi
dan harga minyak. Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi akan menyebabkan
pendapatan dari penjualan yang lebih tinggi, tapi kenaikan harga minyak akan
mningkatkan biaya variabel. Misalkan taksiran baru dengan skenario baru adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.2 Taksiran arus kas per tahun dengan skenario
yang berbeda
|
Skenario semula
|
Pertumbuhan ekonomi lebih
tinggi dan harga minyak naik
|
1. Penghasilan
2. Biaya variabel
3. Biaya tetap tunai
4. Penyusutan
5. Laba sebelum
pajak(1-2-3-4)
6. Pajak
7. Laba setelah pajak
(5-6)
8. Kas bersih (4+7)
|
5.000.000.000
2.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
350.000.000
650.000.000
1.650.000.000
|
6.000.000.000
2.800.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
1.200.000.000
420.000.000
780.000.000
1.780.000.000
|
PV Kas masuk bersih
|
5.160.000.000
|
5.566.000.000
|
NPV
|
+160.000.000
|
+ 566.000.000
|
Apabila skenario tersebut
diperkirakan akan terjadi maka NPV proyek diharapkan meningkat. Hal yang perlu
diperhatikan dalam analisis tersebut dipergunakan tingkat bunga yang sama 18 %.
Jika skenario tersebut diperkirakan akan meningkatkan inflasi maka tingkat
bunga yang dipergunakan seharusnya lebih tinggi
Analisis pulang Pokok (break even) untuk NPV
Analisis ini bertujuan untuk
mencari berapa unit minimum yang harus dihasilkan agar perusahaan tidak
menderita rugi atau untuk menghitung berapa unit yang harus terjual setiap
tahun, agar minimal NPV proyek tersebut akan sama dengan nol.
Dengan menggunakan contoh PT WISTAWAN, maka pada tabel 2.3 kita
cantumkan PV kas masuk dan PV kas keluar dengan r = 18 %, sehingga pada kolom
terakhir kita bisa menghitung NPV untuk unit yang terjual. Satu unit yang
terjual adalah 0 maka NPV = -5.938.000.000. Saat unit yang terjual mencapai
1.000 unit maka NPV = +160.000.000 Dengan demikian maka NPV = 0 tentu berada di
antara unit terjual 0 dengan 1.000 dan lebih mendekati 1.000 unit.
Tabel 2.3 NPV untuk berbagai unit yang terjual setiap
tahun ( dalam jutaan)
Unit yang terjual
|
Inflow
Pendapatan th 1-5
|
Outflow
|
PV Inflow
|
PV Outflow
|
NPV
|
Thn 0
Investasi
|
Thn 1-5
|
VC
|
FC
|
Pajak
|
0
1.000
|
0
5.000
|
5.000
5.000
|
0
2.000
|
1.000
1.000
|
-700
350
|
0
15.636
|
5.938
15.476
|
-5.938
+160
|
PV inflow dan PV Outflow
untuk berbagai tingkat penjualan kita gambarkan pada gambar 2.1. Perpotongan PV
Inflow dengan PV Outflow berada dekat dengan 1.000 unit. Ini berarti minimal
unit yang terjual setiap tahun akan mendekati 1.000 unit apabila NPV diinginkan
sama dengan nol.
PV Inflow dan Outflow
15.476
PV Outflow
5.938
0
Unit yang terjual
973
1.000
Gambar 2.1
Gambar Break even untuk menghasilkan NPV = 0
Untuk mencari titik break
even kita pergunakan persamaan umum
Y = a + bX
Dalam hal ini,
Y= PV Inflow atau Outflow
X = Kuantitas yang terjual
a = Perpotongan dengan sumbu tegak
b = Kemiringan garis
persamaan
Kita mulai dari persamaan PV
Inflow
a = 0
b = 15.636/1.000 = 15,636
Dengan demikian maka
persamaannya adalah,
Y = 15,636X
Sedangkan persamaan untuk PV
Outflow adalah :
a = 5.938
b = (15.476-5.938) /1000 = 9,638
Dengan demikian maka
persamaannya adalah,
Y = 5.938 + 9,638X
Apabila kita selisihkan
kedua persamaan tersebut maka diperoleh hasil
Y = 15,636X
Y = 5.938 + 9,638X
0 = -5.938 + 6,098X
X = 973 unit
Agar proyek dapat memberikan
NPV = 0 maka proyek tersebut harus dapat
menjual minimal 973 unit per tahun. Apabila taksiran penjualan diharapkan
sebesar 1.000 unit per tahun dan proyek memberikan NPV = 0 apabila penjualan
mencapai 973. Dapat disimpulkan bahwa faktor penjualan merupakan faktor yang
cukup kritis. Apabila unit yang terjual turun 2,7 % dari yang diharapkan
(faktor lain tetap) maka proyek hanya memberikan NPV = 0 seberapa yakin kita
mampu mencapai penjualan tersebut? Keyakinan manajemen akan menentrukan berani
tidaknya proyek dilaksanakan.
Pendekatan Pohon Keputusan (Decision tree) untuk keputusan berurutan
Kadang-kadang suatu investasi menyangkut adanya keputusan
yang berurutan. Apabila investasi itu cukup besar kadang-kadang kita harus
mempertimbangkan untuk melaksanakan investasi yang bertahap ini belumtentu
memberikan gambaran yang menguntungkan dibanding investaasi sekaligus yang
cukup besar. Dalam investasi bertahap kita perlu melihat prospek di masa depan
dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada.Keputusan memilih investasi yang
bertahapatau investasi sekaligus dapat dipecahkan dengan pendekatan pohon
keputusan (decision Tree Approach).
Pohon keputusan merupakan
pengambaran secara grafis hubungan antara keputusan yang harus diambil sekarang
dengan kemungkinan kejadian di masa depan serta segala akibatnya.Urutan Situasi
digambarkan dalam bentuk cabang yang menyerupai cabang dari sebatang pohon. Karenanya metode ini disebut sebagai
pohon keputusan.
Langkah- langkah yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Mengidentifikasi Alternatif Keputusan
Setiap
rencana investasi akan memiliki paling tidak dua alternatif keputusan untuk
dipilih alternatif yang paling baik. Misalnya perusahaan mempertimbangkan
membangun pabrik baru untuk mengenalkan produk baru. Dalam hal pengenalan
produk baru perusahaan mempunyai empat alternatif yaitu membangun pabrtik baru
yang besar, sedang, kecil atau menyewa tempat.Kemudian di masa depan
keputusan-keputusan tersebut kita sesuaikan dengan situasi. Bila situasi baik
dan menguntungkan maka pabrik kecil (yang nyewa) dapat dibangun menjadi pabrik
sedang atau besar. Masing-masing alternatif membawa konsekuensi yang berdbeda.
2.
Menggambarkan Diagram Pohon Keputusan
3.
Memperhitungkan Cash Flow dari masing-masing alternatif
Keputusan (Net Present Value)
4.
Memperhitungkan Expected Present Value dan hasil dari
masing-masing alternatif keputusan
Bila proyeksi cash flow
masing-masing cabang telah dihitung maka besarnya cash flow (expected cash flow) dari alternatif
pohon keputusan dapat dihitung. Dengan demikian kita dapat tentukan alternatif
yang paling baik.bagi rencana investasi tersebut yaitu yang memiliki expected
net present value yang terbesar.
Contoh ;
Perusahaan merencanakan
mengenalkan produk baru dengan pertimbangan dua alternatif cara pemasaran yaitu
langsung di pasar nasional atau dipasarkan secara regional (beberapa propinsi
saja) dan baru dua tahun lagi bila situasi mengijinkan akan diangkat cara
pemasaran nasional. Pemasaran regional mempunyai konsekuensi investasi pabrik
yang kecil dengan alat pemasaran yang sedikiut misalnya memerlukan biaya
sebesar Rp 1.000.000. juta Bila situasi baik maka akan dilakukan pemasaran
nasional dan akan memerlukan biaya ekspansi sebesar Rp 3.000.000 juta.
Pemasaran secara nasional langsung memerlukan investasi mula-mula sebesar Rp
3.000.000 juta. Kedua proyek mempunyai umur ekonomis 8 tahun tanpa nilai
residu. Discount rate ditentukan 4 % pertahun
Perkiraan cash folw selama umur
proyek 8 tahun untuk masing-masing alternatif beserta NPV dengan tingkat
diskonto 4 % per tahun terlihat dalam Tabel 2 .3
Tabel 2.3
Perkiraan aliran uang
kas NPV dari alternatif dalam pohon keputusan
(dalam milyar)
Alternatif
|
Waktu(tahun)
|
NPV
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
Pms Regional
-Permint tinggi
-Permint sedang
-Permint redah
Pms Reg dilanjut Nas
-Reg tinggi - Nas tinggi
-Reg sedang- Nas sedang
-Reg tinggi - Nas sedang
-Reg tinggi - Nas rendah
-Reg sedang - Nas tinggi
-Reg sedang- Nas rendah
-Reg rendah- Nas tinggi
-Reg rendah- Nas sedang
-Reg redah - Nas rendah
Pms Nasional
-Tinggi
-Sedang
-Rendah
|
-1000
-1000
-1000
-1000
-1000
-1000
-1000
-1000
-1000
-1000
-1000
-1000
-3000
-3000
-3000
|
100
0
100
100
0
0
100
0
0
100
100
100
300
0
300
|
-300
-150
0
-2700
-2850
-2700
-2700
-2850
-2850
-3000
-3000
-3000
-1000
-500
0
|
400
250
100
1200
600
700
200
1100
100
1000
500
0
1500
1000
500
|
500
350
200
1800
1100
1200
700
1700
600
1500
1000
500
200
1500
1000
|
400
250
100
2400
1700
1800
1300
2300
1700
2100
1500
900
1500
1000
500
|
300
200
100
1800
1200
1200
700
1700
700
1500
1000
500
1000
500
0
|
200
100
50
1200
600
700
200
1100
100
1000
500
0
700
100
100
|
100
50
0
800
400500
200
700100
600
300
0
300
100
100
|
947,4
136,2
-637,1
4096,6
932,6
1573,1
-704,1
3377,4
-1426,8
2411,2
519
-2307,5
4030,5
1151,6
-1727,3
|
Apabila dipasarkan secara
nasional langsung maka terdapat tiga kemungkinan situasi yaitu :
- Permintaan akan tinggi dengan probabilitas 40 %
- Permintaan akan sedang dengan probabilitas 40 %
- Permintaan rendah dengan probabilitas 20 %
Sedang apabila dipasarkan secara regional
mula-mula akan ada tiga kemungkinan terhadap permintaan yaitu :
- Permintaan akan tinggi dengan probabilitas 50 %
- Permintaan akan sedang dengan probabilitas 30 %
- Permintaan rendah dengan probabilitas 20 %
Dalam hal pemasaran regional
ditingkatkan menjadi nasional maka permintaan akan berubah. Bila tetap regional tentu saja tidak akan
merubahnya. Probabilitas dari perubahan permintaan itu bila ditingkatkan
menjadi pemasaran nasional adalah sebagai berikut :
- Untuk alternatif permintaan tinggi tahap pertama akan
terjadi alternatif permintaan tinggi dengan probabilitas 0,6 sedangkan
probabilitas permintaan sedang 0,3 dan probabilitas permintaan rendah 0,1
- Untuk permintaan sedang pada tahap pertama akan
terjadi alternatif permintaan tinggi dengan probabilitas 0,3 sedangkan
probabilitas permintaan sedang 0,4 dan probabilitas permintaan rendah 0,3
- Untuk permintaan rendah pada tahap pertama akan
terjadi alternatif permintaan tinggi dengan probabilitas 0,1 sedangkan
probabilitas permintaan sedang 0,2 dan probabilitas permintaan rendah 0,7
Setelah semua dipertimbangkan
maka kita mulai memperhitungkan pemilihan keputusan yang harus dilakukan.untuk
melaksanakannya, kita harus menghitung Expected
Net Present Value masing-masing cabang tersebut. Perhitungan dimulai dari
ujung yang paling kanan menuju cabang yang lebih besar sampai pada pohon
keputusan tersebut. Gambar pohon keptusan dapat dilihat dengan lebih jelas
dengan melihat gambar 2.2 .
Perhitungannya Expected Net Present Value adalah sebagai berikut :
ENPV =
Dimana :
ENPV = Expected Value dari distribusi kemungkinan net present
value
NPVx = Net Present Value dari net cash flow
masing-masing alternatif
Px = Probabilitas kejadian
Z =
Jumlah deretan
Jadi Net Present Value dari pemasaran
secara regional pada tahap pertama dan dilanjutkan pemasaran secara nasional
pada tahap kedua dengan permintaan tinggi
ENPVT = 0,6 (4096,9) +
0,3(1573,1) + 0,1 (-704,1)
= 2.859,6 milyar
Permintaan sedang :
ENPVS = 0,3 (3377,4) +
0,4(932,6) + 0,3 (-1426,8)
= 958,2 milyar
Permintaan rendah :
NPVR = 0,1 (2411,2) + 0,2(519) + 0,7 (-2307,5)
=
- 1270,02
milyar
`
`
GAMBAR 2.2. Keputusan dengan
Pohon Keputusan
Dari perhitungan NPV ini proyek
pemasaran regional dapat dilanjutkan dengan pemasaran nasional pada tingkat
permintaan tinggi sebab bila dilanjutkan pemasaran regional maka ENPV = 947,4
milyar lebih kecil ENPVT dari peningkatan menjadi pemasaran nasional
sebesar 2.859,6 milyar. Demikian juga
pada permintaan sedang, ENPVS bila ditingkatkan menjadi pemasaran
nasional adalah 958.2 milyar lebih besar bila tetap dilanjutkan dengan
pemasaran regional NPV 136,2 milyar
Untuk selanjutnya akan dipilih
salah satu alternatif untuk melaksanakan proyek pemasaran nasional atau
melaksanakan proyek pemasaran regional dahulu baru dilanjutkan tahap
berikutnya.. Alternatif yang akan dipilih adalah yang menghasilkan expected NPV yang lebih besar.
Expected NPV proyek “pemasaran regional” dahulu ditingkatkan
menjadi “pemasaran nasional”
ENPV = 0,5 (2.859,6) + 0,3 (958,2) + 0,2 (-1.270,02)
= 1.463,26
milyar.
Expected NPV untuk proyek langsung “pemasaran nasional” =
ENPV = 0,4 (4,030,5) + 0,4 (1.151.6) + 0,2 (-1.727,3)
=
2.418.3
milyar.
Namun, bila kita ingin mengetahui
ketidak pastian alternatif tersebut kita perlu menghitung standar deviasi NPV
masing-masing alternatif. Perhitungan expected NPV dan Standar deviasi NPV
disajikan berikut ini.
Standar Deviasi Pemasaran Regional
dilanjutkan nasional pada permintaan tinggi
σ2
NPV Pemasarn Regional dilanjutkan
Nasional
= (0,5)(2859,6- 1328,26)2+
(0,3)(958.2-1328,26)2 +(0,2)(-1270.02-1328,26)2
= 2.545.572,29
σ
NPV Pemasarn Regional dilanjutkan
Nasional
= √2.545.572,29
=1.595,49 milyar
Sedangkan Standar Deviasi Pemasaran Nasional
σ2
NPV Pemasarn Nasional
=0,4(4030,5-2418,3)2+0,4(1151,6-2418,3)2+0,2(-1727,3-2418,3)2
= 4.476.875,41
σ
NPV Pemasarn Nasional
=√ 4.476.875,41
= 2.115,86 milyar
Dari perhitungan expected
NPV dari dua alternatif tersebut dapat
disimpulkan, bahwa kalau ingin expected NPV tinggi sebaiknya dilaksanakan proyek yang langsung dengan “pemasaran
nasional” karena hasil expected NPV adalah 2.418.3 milyar lebih besar dari expected NPV proyek
“pemasaran regional” tahap pertama ditingkatkan dengan pemasaran nasional yaitu
sebesar 1.463,26
milyar, Tetapi menghadapi resiko yang lebih besar. Jika ingin risiko kecil
sebaiknya dilaksanakan proyek “pemasaran
regional” tahap pertama ditingkatkan dengan pemasaran nasional karena σ lebih kecil yaitu 1.595,49 milyar dari pada σ langsung
dengan “pemasaran nasional” 2.115,86 milyar.